Pages

Selasa, 03 Januari 2023

Pengagungan Terhadap Ilmu

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

Telah berkata guru kami yang mulia, Syaikh Dr. Shalih bin Abdillah bin Hamd Al-‘Ushoimiy hafizhahullah, di dalam Muqaddimah kitab beliau “Khulashah Ta’zhimil ‘Ilmi”, bahwa banyak sedikitnya ilmu seseorang adalah sesuai dengan pengagungan dia terhadap ilmu itu sendiri. Barang siapa yang hatinya penuh dengan pengagungan terhadap ilmu, maka hati tersebut pantas menjadi tempat bagi ilmu tersebut. Sebaliknya, barang siapa yang berkurang pengagungannya terhadap ilmu maka akan semakin berkurang bagiannya.

Kemudian, beliau menyebutkan 20 perkara yang merupakan bentuk pengagungan terhadap ilmu:

1. Membersihkan tempat ilmu, yaitu hati.

Diantara bentuk pengagungan terhadap ilmu adalah membersihkan tempat ilmu. Apabila hati kita bersih, maka ilmu akan berkenan masuk, dan semakin bersih maka semakin mudah menerima ilmu tersebut. Dan hal yang mengotori hati dan menjadikan ilmu sulit masuk adalah kotoran syahwat dan kotoran syubhaat.

2. Mengikhlaskan niat.

Diantara bentuk pengagungan terhadap ilmu adalah mengikhlaskan niat karena Allah di dalam menuntutnya. Sesuai dengan keikhlasan seseorang, maka dia akan mendapatkan ilmu dan niat yang ikhlas di dalam mencari ilmu adalah apabila niatnya:
a. Mengangkat kebodohan dari diri sendiri
b. Mengangkat kebodohan dari orang lain
c. Menghidupkan ilmu dan menjaganya supaya tidak punah, dan
d. Mengamalkan ilmu

3. Mengumpulkan tekad untuk menuntutnya, meminta petolongan kepada Allah, dan tidak merasa lemah.

Sebagaimana dalam hadits:
"Hendaklah engkau semangat melakukan apa yang bermanfaat untuk dirimu dan memohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah engkau merasa lemah". (HR. Muslim)

Dahulu Imam Ahmad bin Hambal, terkadang ingin keluar dari rumahnya untuk menghadiri majelis ilmu gurunya sebelum datang waktu subuh dan sebagian mereka membaca shahih al-bukhari kepada gurunya dalam tiga majelis atau tiga pertemuan. Ini semua menunjukkan bagaimana semangat dan tekad para pendahulu kita di dalam menuntut ilmu.

4. Memusatkan semangat untuk mempelajari Al-Qur’an dan Al-Hadits, karena inilah asal dari ilmu itu sendiri.

5. Menempuh jalan yang benar di dalam menuntut ilmu agama

Orang yang salah cara didalam menuntut ilmu maka dia tidak akan mendapatkan keinginannya atau mendapatkan sedikit disertai rasa lelah yang sangat, dan cara yang benar didalam mempelajari suatu cabang ilmu:
  • Dengan menghafal sebuah matan kitab yang menyeluruh dan dia mengumpulkan perkara perkara yang rajih (yang dikuatkan) menurut para ulama dibidang tersebut.
  • Mempelajari ilmu tersebut dari serorang yang ahli yang bisa dijadikan teladan dan dia mampu mengajar.

6. Mendahulukan ilmu yang paling penting, kemudian yang setelahnya dan setelahnya

Dan ilmu yang paling penting adalah ilmu yang berkaitan dengan ibadah seseorang kepada Allah, dan ilmu yang paling penting adalah ilmu yang berkaitan dengan ‘ubudiyyah seseorang kepada Allah ‘azza wa jalla seperti lmu aqidah, tata cara wudhu, tata cara shalat dan lain lain.

7. Bersegera untuk mendapatkan ilmu dan memanfaatkan waktu muda

Karena waktu muda adalah waktu yang emas untuk mempelajari ilmu agama berkata Al Hasan Al Bashri rahimahullah

العلم في الصغر كالنقص في الحجر
“menuntut ilmu diwaktu kecil seperti mengukir dibatu”

Adapun apabila sudah tua maka kebanyakan manusia akan memiliki banyak kesibukan, pikiran dan memliki banyak koneksi, kalau dia bisa mengatasi itu semua maka In Syaa Allah dia akan mendapatkan ilmu. Para sahabat Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam dahulu mempelajari agama dan mereka sudah berumur.

8. Pelan-pelan di dalam menuntut ilmu

Karena menuntut ilmu tidak bisa dilakukan serta merta sekali jalan tetapi di ambil ilmu secara pelan pelan dengan memulai kitab kitab yang ringkas menghapal dan memahami maknanya dan jangan kita memulai menuntut ilmu dengan membaca kitab kitab yang Panjang.

9. Sabar dalam menuntut ilmu dan menyampaikan ilmu:

Menghapal membutuhkan kesabaran, memahami membutuhkan kesabaran, menghadiri majelis ilmu membutuhkan kesabaran, demikian pula menjaga hak seorang guru membutuhkan kesabaran.

Berkata Yahya Ibnu Abi Katsiirin

لا يُسْتَطَاعُ العلمَ بِرَاحَةِ الجِسْم

“Tidak didapatkan ilmu dengan badan yang berleha leha”

Demikian pula menyampaikan dan mengajarakan perlu kesabaran duduk bersama dengan para penuntut ilmu perlu kesabaran, memahamkan mereka perlu kesabaran, demikian pula menghadapi kesalahan kesalahan mereka perlu kesabaran

10. Memperhatikan adab adab ilmu

Ilmu yang bermanfa’at didapatkan diantaranya dengan memperhatikan adab, dan adab disini mencakup terhadap diri dalam pelajaran terhadap guru dan teman dan lain lain. Orang yang beradab didalam ilmu berarti dia mengagungkan ilmu, maka dia dipandang sebagai orang yang berhak untuk mendapatkan ilmu tersebut, adapun orang yang tidak beradab, maka dikhawatirkan ilmu akan sia sia bila disampaikan kepadanya.

Berkata Ibnu Sirrin

كانوا يتعلمون الهَدْيَ كما يتعلمون العلم
“Dahulu mereka mempelajari adab, sebagaimana mereka mempelajari ilmu”

Bahkan sebagian salaf mendahulukan mempelajari adab sebelum mempelajari ilmu dan banyak diantara para penuntut yang tidak mendapatkan ilmu, karena dia menyia-nyiakan adab.

11. Menjaga ilmu dari apa yang menjelekkannya

Hendaknya seorang penuntut ilmu menjaga wibawanya karena apabila dia melakukan sesuatu yang merusak wibawa nya sebagai seorang penuntut ilmu berarti dia telah merendahkan ilmu, seperti terlalu banyak menoleh jalan, berteman akrab dengan orang orang fasiq dan lain lain.

12. Memilih teman yang shaleh

Seorang penuntut ilmu perlu teman yang membantu untuk mendaptakan ilmu dan bersungguh sungguh, teman yang tidak baik akan memberi pengaruh yang tidak baik.

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda

الرجل على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

“Seseorang berada di atas agama teman akrabnya, maka hendaklah salah seorang diantara kalian melihat dengan siapa dia berteman akrab” (Hadits Hasan diriwayat Abu Daud dan Tirmidzi)

13. Berusaha keras menghapal ilmu bermudzakarah dan bertanya

Belajar dari seorang guru tidak banyak manfa’atnya jika tidak menghapal, bermudzakarah, dan bertanya, menghapal berkaitan dengan diri sendiri, bermudzakarah mengulang kembali bersama teman dan bertanya maksudnya adalah bertanya kepada sang guru.

Berkata Syaikh Utsaimin rahimahullah

حفظنا قليلا وقرأنا كثيرا فانتفعنا بما حفظنا أكثر من انتفاعنا بما قرأنا

“Kami menghapal sedikit dan membaca banyak, maka kami mengambil manfa’at dari apa yang kami hapal lebih banyak dari apa yang kami baca dan dengan bermudzakarah akan hidup ilmu dalam jiwa dan dengan bertanya akan terbuka pembendaharaan ilmu”

14. Menghormati ahli ilmu

Rasulullah shallahallahu wa sallam bersabda

ليس من أمتي من لم يجلّ كبيرنا ويرحم صغيرنا ويعرف لعالمنا حقه

“Bukan termasuk ummatku yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda dan mengetahui hak bagi seorang ‘alim” (Hadits Hasan yang di riwatkan Al Imam Ahmad didalam musnad beliau)

Maka seorang murid harus memiliki rasa tawadhu terhadap gurunya, menghadap beliau, dan tidak menoleh menjaga adab berbicara, tidak berlebihan didalam memuji beliau, mendoakan beliau, mengucapkan terima kasih kepada beliau, atas pengajaran beliau menampakan rasa butuhnya terhadap ilmu beliau, tidak menyakiti beliau dengan ucapan dan perbuatan, serta berlemah lembut ketika mengingatkan kesalahan beliau.

Disana ada 6 perkara yang harus dia jaga apabila melihat kesalahan seorang guru:
a. Meneliti terlebih dahulu apakah benar kesalahan tersebut keluar dari seorang guru
b. Meneliti apakah itu sebuah kesalahan (dan ini tugas ahlul ilmu)
c. Tidak mengikuti kesalahan tersebut
d. Memberikan udzur kepada sang guru dengan alasan yang benar
e. Memberikan nasihat dengan lembut dan rahasia
f.  Menjaga kehormatan seorang guru dihadapan kaum muslimin yang lain

15. Mengembalikan sebuah permasalahan kepada ahlinya

Orang yang mengagungkan ilmu mengembalikan sebuah permasalahan kepada ahli ilmu dan tidak memaksakan dirinya atas sesuatu yang tidak mampu, karena dikhawatirkan takut berbicara tanpa ilmu khususnya peristiwa peristiwa yang besar yang terjadi yang berkaitan dengan urusan umat dan orang banyak.

Mereka para ulama memiliki ilmu dan berpengalaman maka hendaklah kita husnudzhan kepada mereka dan apabila ulama berselisih maka lebih hati hatinya seseorang mengambil ucapan mayoritas mereka

16. Menghormati majelis ilmu dan kitab

Hendaklah beradab ketika bermajelis, melihat kepada gurunya dan tidak menoleh tanpa keperluan, tidak banyak bergerak dan memainkan tangan dan kakinya, tidak bersandar dihadapan seorang guru, tidak bersandar dengan tangannya, tidak berbicara dengan orang yang ada disampingnya, apabila bersin berusaha untuk merendahkan suaranya, apabila menguap berusaha untuk meredamnya atau menutup dengan mulutnya, hendaknya juga menjaga kitab dan memuliakannya, tidak menjadikan kitab sebagai tempat simpanan barang barang, tidak bersandar diatas kitab, tidak meletakkan kitab dikakinya, dan apabila dia membaca kitab dihadapan seorang guru hendaknya dia mengangkat kitab tersebut dan tidak tidak meletekkan kitab tersebut ditanah.

17. Membela ilmu dan menolongnya

Ilmu memiliki kehormatan yang mengharuskan penuntutnya dan ahlinya untuk membela dan menolongnya bila ada yang berusaha untuk merusaknya. Oleh karena itu para ulama membantah orang yang menyimpang bila jelas penyimpangannya dari syari’at siapapun dia. Yang demikian untuk menjaga agama dan menasehati kaum muslimin. Mereka memboikot seorang mubtadi’ yaitu orang yang membuat bid’ah dalam agama, tidak mengambil ilmu dari mereka kecuali dalam keadaan terpaksa dan lain-lain. Semuanya dilakukan untuk menjaga ilmu dan membelanya.

18. Berhati-hati dalam bertanya kepada para ulama

Seorang penuntut ilmu hendaknya memperhatikan 4 perkara didalam bertanya:
a. Bertanya untuk belajar, bukan ingin mengeyel, karena orang yang niatnya tidak baik didalam bertanya akan dijauhkan dari berkah ilmu itu sendiri.
b. Bertanya tentang sesuatu yang bermanfa’at.
c. Melihat keadaan gurunya, tidak bertanya kepada sang guru apabila guru dalam keadaan tidak kondusif untuk menjawab pertanyaan.
d. Memperbaiki cara bertanya seperti menggunakan kata-kata yang baik, mendo’akan untuk sang guru sebelum bertanya, menggunakan panggilan penghormatan, dan lain-lain.

19. Cinta yang sangat kepada ilmu

Tidak mungkin seseorang mencapai derajat ilmu kecuali apabila kelezatan dia yang paling besar ada di dalam ilmu, dan kelezatan ilmu bisa didapatkan dengan 3 perkara:
a. Mengeluarkan segenap tenaganya dan kesungguhannya untuk belajar.
b. Kejujuran didalam belajar.
c. Keikhlasan niat.

20. Menjaga Waktu di Dalam Ilmu.

Seorang penuntut ilmu tidak menyia-nyiakan waktunya sedikitpun menggunakan waktu untuk ibadah, dan mendahulukan yang afdhal diantara amalan-amalan. Sebagian salaf dahulu ada yang muridnya membaca kitab kepada beliau sedangkan beliau dalam keadaan makan, yang demikian adalah untuk menjaga waktunya jangan sampai tersia-sia dari menuntut ilmu.